Nama : Fitria Melani
NIM : F1C121013
Asisten : Purti Ramadhanti
dan Andreas Sihotang
KONSENTRASI KRITIS MISEL (KKM) DAN ENTALPI (ΔH) DARI GELATIN PADA
BERBAGAI SUHU
Surfaktan (surface active agent) adalah
komponen kimia organic ampifilik, yaitu memiliki bagian hidrofilik (mudah larut
dalam air) dan lipofilik (mudah bercampur dengan minyak). Cara kerja surfaktan
adalah dengan mengurangi tegangan permukaan antara air dan minyak (Adianingsih et
al., 2022). Dua karakter penting dari surfaktan adalah adsorpsi pada daerah
antarmuka dan akumulasi mandiri membentuk struktur supramolekul. Struktur surfaktan
pada bagian kepala bersifat polar dan pada bagian ekor bersifat nonpolar. Bagian
kepala terdiri dari gugus hidroksil dan bagian ekor terdiri dari gugus alkil panjang.
Kepala hidrofilik surfaktan terorientasi kearah permukaan, sedangkan bagain
ekor hidrofobik menjauhi permukaan (Setyawan dan Paramita, 2019).
Surfaktan merupakan campuran kompleks dari
bebrapa fosfolipid, protein, dan ion. Komponen tersebut akan membentu menurunkan
tegangan permukaan. Zat ini menurunkan tegangan permukaan dengan tidak terlarut
seluruhnya dalam cairan yang melapisi permukaan alveoli. Sebaliknya, sebagian
molekul akan terlarut dan sisanya akan menyebar ke seluruh permukaan air (Hall,
2018).
Menurut Adiningsih et al. (2022),
berdasarkan muatannya surfaktan dibagi emnjadi empat kategori yaitu surfaktan
kationik, anionik, nonionik dan amfoterik.
1. Surfaktan
kationik, memiliki kepala hidrofobik yang bermuatan positif. Contohnya garam
alkil trimetil ammonium.
2. Surfaktan
anionik, memiliki kepala hidrofilik yang bermuatan negatif. Contohnya sabun dan
alkohol sulfat.
3. Surfaktan
nonionik, tidak memiliki muatan listrik pada kepala hidrofobiknya. Contohnya ester
gliserol asam lemak.
4. Surfaktan
amfoter, mengandung dua gugus bermuatan yaitu positif dan negatif. Cohntohnya asam
amino, dan fosfobetain.
Sumber: Adianingsih et al., 2022
Gambar 1. Struktur Jenis Surfaktan
Surfaktan bekerja sebagai penurun tegangan
permukaan akan membentuk micelle. Konsentrasi surfaktan ketika membentuk
Michele dinyatakan sebagai CMC (Critical Micelle Concentration). CMC
adalah konsentrasi surfaktan jenuh di dalam suatu emulsi. Pada konsentrasi
kritis, tegangan permukaan tidak berubah atau hanya berubah sedikit dengan
kenaikkan konsentrasi surfaktan. Pada konsentrasi surfaktan dibawah CMC, penambahan
surfaktan akan merubah IFT (Interfacial Surface Tention). Semakin besar
konsentrasi surfaktan dalam campuran, tegangan permukaan antar fasa semakin
kecil. Ketika penambahan surfaktan tidak merubah IFT atau perubahan IFT sangat
kecil, maka konsentrasi surfaktan sudah mencapai konsentrasi kritis atau CMC.
Untuk menentukan CMC harus dibuat grafik hubungan konsentrasi surfaktan dan IFT
(Reningtyas dan Mahreni, 2015).
Pada konsentrasi surfaktan yang lebih
tinggi akan terbentuk agregasi atau asosiasi dari surfaktan berupa sperikal,
yang dikenal dengan misel. Miselisasi terjadi akibat interaksi hidrofobik.
Interaksi hidrofobik akan menolak atau menjauhkan ekor hidrokarbon dari
surfaktan terhadap air, dan akan menghasilkan agregasi, sedangkan grup kepala
yang hidrofilik akan tetap berkontak langsung dengan air. Konsentrasi setimbang
di mana monomer surfaktan membentuk misel disebut: konsentrasi kritis misel (Critical
Micellization Concentration) (Amran, 2008).
Sumber:
Ramadhan et al., 2022
Gambar
2.
Kondisi Surfaktan Sebelum dan Sesudah Melewati Titik KMK
Penentuan nilai KMK sangat penting dilakukan
terutama untuk menentukan konsentrasi surfaktan yang dapat digunakan sebagai
solubilizing agent. Dimana
prosedurnya adalah dengan mebuat larutan seri surfaktan
berbagai konsentrasi yang akan ditentukan nilai KMK nya untuk kemudian diukur tegangan
permukaannya satu per satu. Kemudian setelah semua larutan seri surfaktan
diukur tegangan permukaannya, dibuatlah kurva antara konsentrasi surfaktan
sebagai sumbu x dan nilai tegangan permukaan sebagai sumbu y untuk kemudian dilihat
pada konsentrasi berapa
surfaktan tersebut sudah tidak
bisa menurunkan tegangan permukaan (Ramadhan et al., 2022).
Sumber: Data Percobaan Praktikum
Gambar 3. Grafik Hubungan Tegangan
Permukaan VS Konsentrasi pada Suhu 15°C
Pada
grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai KKM yang terbentuk pada suhu 15°C adalah sebesar 188,3683.
Gelatin adalah produk parsial dari
hidrolisis kolagen, yang merupakan hidrokoloid yang larut dalam air, termo
reversibel, dan multifungsi. Gelatin merupakan salah satu produk hidrokoloid
utama yang diperoleh dari hidrolisis protein kolagen dan bersifat hidrofilik. Gelatin
merupakan hasil penggabungan beberapa rantai polipeptida untuk membentuk
konformasi triple heliks. Gelatin terdiri dari deretan 50-1000 asam amino yang
diikat menjadi satu. Dalam kolagen, struktur triple helix terdiri dari tiga
rantai α sedangkan struktur gelatin terdiri dari tiga rantai berbeda.
Rantai ini adalah rantai α, rantai β, dan rantai γ.
Gelatin secara struktural terdiri dari rantai 3 asam amino berulang yang
terdiri dari Glycine-Proline-Hydroxyproline (Said, 2020).
Gelatin berbentuk serbuk atau lembaran
yang tidak berasa dan tidak berbau dengan tampilan tidak berwarna atau agak
kuning. Larut dalam pelarut polar seperti air panas, gliserol, dan asam asetat,
tetapi tidak larut dalam pelarut organik seperti alkohol. Gelatin memiliki
banyak fungsi, diantaranya sebagai bahan penstabil (stabilizer),
pengemulsi (emulsifier), zat pengikat, zat pengental, plastik alternatif
(edible film), serta bahan matriks untuk implant. Gelatin memiliki sifat
asam (karboksil) dan basa (amino dan guanidin). Gugus asam amino pada gelatin
memberikan karakteristik amfoter karena gugus fungsi asam amino, amino terminal
dan gugus karboksil dibentuk selama hidrolisis larutan asam kuat, gelatin
bermuatan positif dan bermigrasi sebagai kation di medan listrik. Dengan
larutan alkali kuat, gelatin menjadi bermuatan negatif dan bermigrasi sebagai
anion. Tidak ada migrasi yang terjadi di titik tengah ketika titik isoelektrik
adalah nol (Febriana et al., 2021).
Sumber: Said, 2020
Gambar 4. Struktur Gelatin
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, O. R.,
O. E. Puspita dan D. R. Rububiyah. 2022. Kosmetologi. Malang :
Universitas Brawijaya Presss.
Amran, A. 2008. “Pengaruh
Garam-Garam Nitrat Terhadap Konsentrasi Miselisasi Kritis (CMC, Critical
Micellization Concentration) Saponin”. Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Vol. 11 (1) : 69 – 73.
Febriana, l. G., N.
A. S. Stannia, A. N. Fitriani dan N. A. Putriana. 2021. “Potensi Gelatin dari
Tulang Ikan sebagai Alternatif Cangkang Kapsul Berbahan Halal: Karakteristik
dan Pra Formulasi”. Majalah Farmasetika. Vol. 6 (3) : 223 – 233.
Hall, J. E. 2018. Guyton
and Hall Textbook of Medical Physiology, 13th Edition. Singapore
: Elsevier.
Ramdhan, M. R., R.
Ariyani dan G. C. E. Darma. 2022. “Kajian Pustaka: Penentuan Nilai Konsentrasi
Misel Kritis (KMK) Surfaktan serta Pengaruhnya terhadap Kelarutan Zat Aktif
Farmasi”. Bandung Conference Series: Pharmacy. Vol. 2 (2) : 183 – 189.
Reningtyas, R. dan
Mahreni. 2015. Biosurfaktan. Eksergi. Vol. 12 (2) : 12 – 22.
Said, M. I. 2020. “Role
and Function of Gelatin in The Development of The Food and Non-Food Industry: A
Review”. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. Vol.
492 (1) : 1 – 8.
Setyawan, D. dan
Paramita, D. P. 2019. Strategi Peningkatan Kelarutan Bahan Akrif Farmasi.
Surabaya : Airlangga University Press.
Komentar
Posting Komentar